Profil Desa Gunungcondong

Ketahui informasi secara rinci Desa Gunungcondong mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Gunungcondong

Tentang Kami

Profil Desa Gunungcondong, Kecamatan Bruno, Purworejo, sebuah wilayah yang memadukan pesona alam Curug Kyai Kate, kekayaan tradisi Grebeg Ayam Ingkung, serta potensi agraris yang menjadi denyut nadi kehidupan masyarakat di lereng perbukitan.

  • Destinasi Wisata Alam

    Desa ini memiliki Curug Kyai Kate, sebuah air terjun menawan yang menjadi andalan sektor pariwisata dengan keindahan alamnya yang masih alami.

  • Pusat Tradisi Unik

    Gunungcondong dikenal sebagai pusat penyelenggaraan "Grebeg Ayam Ingkung", sebuah tradisi budaya kolosal tiga tahunan sebagai wujud syukur panen yang melibatkan ribuan ayam ingkung.

  • Basis Ekonomi Agraris

    Kehidupan ekonomi masyarakat ditopang oleh sektor pertanian dan perkebunan yang subur, dengan komoditas unggulan seperti padi, kelapa, kopi, durian, dan kayu sengon.

XM Broker

Berada di tengah lanskap perbukitan Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo, Desa Gunungcondong hadir sebagai sebuah potret desa yang dinamis, di mana kekayaan alam, kearifan lokal dan geliat pembangunan berjalan beriringan. Wilayah ini bukan hanya sekadar entitas administratif, melainkan sebuah ruang hidup masyarakat yang ekonominya bertumpu pada kesuburan tanah dan budayanya mengakar kuat pada tradisi leluhur. Dengan potensi wisata yang menawan dan semangat gotong royong warganya, Gunungcondong menawarkan gambaran utuh tentang kehidupan pedesaan yang terus bertumbuh.

Geografi dan Demografi Wilayah

Desa Gunungcondong merupakan satu dari 18 desa yang berada di wilayah administratif Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo. Secara geografis, desa ini terletak di kawasan dataran tinggi dengan kontur tanah yang berbukit-bukit dan miring, sebuah kondisi yang menginspirasi nama "Gunungcondong". Wilayah ini diapit oleh pegunungan yang subur dan dialiri oleh sumber-sumber air yang menjadi penopang utama bagi sektor pertanian.Luas wilayah Kecamatan Bruno secara keseluruhan yakni 108,43 km², menjadikannya salah satu kecamatan terluas di Kabupaten Purworejo. Desa Gunungcondong menjadi bagian integral dari kawasan ini dengan batas-batas wilayah yang jelas. Di sebelah utara, desa ini berbatasan dengan Desa Cepedak. Di sebelah timur, berbatasan dengan Desa Pakisarum, sementara di sebelah selatan berbatasan langsung dengan Desa Purbayan yang masuk dalam wilayah Kecamatan Kemiri.Secara administratif, pemerintahan Desa Gunungcondong terbagi ke dalam lima dusun atau pedukuhan. Kelima dusun tersebut ialah Dusun Krajan, Dusun Kepudang, Dusun Karangsari, Dusun Kemplung, dan Dusun Brembet. Masing-masing dusun memiliki karakteristik sosial dan demografisnya sendiri yang menyatu dalam satu kesatuan masyarakat desa.Berdasarkan data kependudukan yang dihimpun, jumlah penduduk Desa Gunungcondong diperkirakan mencapai 1.983 jiwa yang tergabung dalam sekitar 611 Kepala Keluarga (KK). Dengan luas wilayah yang didominasi oleh lahan pertanian dan perkebunan, tingkat kepadatan penduduk di desa ini tergolong tidak terlalu padat, memungkinkan pemanfaatan lahan yang optimal untuk kegiatan agraris. Struktur demografis ini mencerminkan karakteristik masyarakat pedesaan yang sebagian besar mata pencahariannya bergantung pada sumber daya alam.

Sejarah dan Sistem Pemerintahan

Sejarah Desa Gunungcondong memiliki jejak panjang yang dapat ditelusuri hingga sekitar tahun 1700-an. Menurut penuturan yang diwariskan secara turun-temurun, wilayah ini pada mulanya merupakan hutan belantara yang belum terjamah. Cikal bakal berdirinya desa ini diawali oleh kedatangan sekelompok bangsawan dari Kerajaan Mataram Islam yang dipimpin oleh R. Wangsajaya. Bersama para pengikutnya, beliau membuka hutan dan mendirikan pemukiman pertama.Dalam proses babad alas tersebut, R. Wangsajaya didampingi oleh beberapa tokoh kunci, di antaranya R. Kertotomo atau yang lebih dikenal dengan nama Eyang Kebok, serta seorang penasihat spiritual bernama Kyai Dalem. Peran sentral para tokoh inilah yang menjadi fondasi terbentuknya tatanan sosial dan pemerintahan awal di Gunungcondong.Sebagai penanda berjalannya roda pemerintahan, putra dari R. Wangsajaya, yaitu R. Patraleksana, tercatat sebagai kepala desa (lurah) pertama yang memimpin dari tahun 1700 hingga 1750. Sejak saat itu, estafet kepemimpinan terus berlanjut dari generasi ke generasi. Beberapa nama yang tercatat pernah memimpin Desa Gunungcondong antara lain R. Sumaleksana, R. Kertaleksana, hingga para kepala desa di era modern seperti Bapak Supangat dan Bapak Sutopo yang menjabat hingga tahun 2019.Saat ini, Pemerintah Desa Gunungcondong berfungsi sebagai motor penggerak pembangunan dan pelayan masyarakat. Dengan dukungan Dana Desa dan program dari pemerintah pusat maupun daerah, berbagai inisiatif pembangunan terus dijalankan. Salah satu fokus utamanya ialah peningkatan infrastruktur vital seperti jalan dan sarana pendukung pertanian. Kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Tentara Nasional Indonesia (TNI) melalui program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD), menjadi bukti nyata sinergi dalam mempercepat pembangunan di desa.

Potensi Ekonomi Berbasis Agraris

Denyut nadi perekonomian Desa Gunungcondong berada di sektor agraris. Mayoritas warganya merupakan petani yang mengolah lahan persawahan dan perkebunan. Kesuburan tanah yang didukung oleh iklim yang sejuk menjadikan wilayah ini sebagai lumbung berbagai komoditas pertanian yang prospektif.Komoditas utama yang dibudidayakan di lahan sawah ialah padi, yang menjadi sumber pangan pokok bagi masyarakat. Di samping itu, sektor perkebunan memegang peranan yang tidak kalah penting. Tanaman kelapa tumbuh subur di hampir setiap pekarangan rumah warga, memberikan pendapatan tambahan melalui penjualan buah maupun produk olahannya seperti kopra.Dalam beberapa tahun terakhir, Desa Gunungcondong juga semakin dikenal sebagai salah satu sentra penghasil kopi dan durian di Kecamatan Bruno. Kopi jenis robusta yang ditanam di lereng-lereng perbukitan memiliki cita rasa khas yang mulai dilirik oleh pasar. Demikian pula dengan durian, yang saat musim panen tiba selalu dinanti dan menjadi sumber pendapatan musiman yang signifikan bagi para petani.Selain komoditas tersebut, sektor kehutanan rakyat juga berkembang pesat. Warga banyak berinvestasi dengan menanam pohon kayu seperti albasia, sengon, mahoni, dan jati. Tanaman kayu ini tidak hanya berfungsi sebagai tabungan jangka panjang, tetapi juga memiliki peran ekologis penting dalam menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah erosi di lahan miring. Di sela-sela tanaman keras, masyarakat juga membudidayakan kapulaga sebagai sumber pendapatan tambahan.Untuk mendukung produktivitas pertanian, pembangunan infrastruktur seperti Jalan Usaha Tani (JUT) menjadi prioritas. Akses jalan yang memadai memungkinkan petani untuk mengangkut sarana produksi dan hasil panen dengan lebih mudah dan biaya yang lebih rendah, sehingga meningkatkan efisiensi dan daya saing produk pertanian dari Desa Gunungcondong.

Pariwisata Alam dan Kekayaan Budaya

Di luar sektor pertanian, Desa Gunungcondong menyimpan potensi besar di bidang pariwisata. Daya tarik utamanya ialah Curug Kyai Kate, sebuah air terjun dengan ketinggian sekitar 30 meter yang menawarkan keindahan alam yang masih sangat asri. Dikelilingi oleh tebing bebatuan kokoh dan vegetasi hijau yang rimbun, Curug Kyai Kate menjadi destinasi favorit bagi wisatawan yang mencari ketenangan dan keindahan alam.Lokasinya yang berada di tengah alam perbukitan memberikan pengalaman tersendiri bagi pengunjung. Pemerintah daerah melalui dinas terkait telah menaruh perhatian pada potensi curug ini dan merencanakan pengembangannya sebagai salah satu destinasi unggulan di Kabupaten Purworejo. Peningkatan aksesibilitas dan penambahan fasilitas pendukung diharapkan dapat menarik lebih banyak wisatawan, yang pada akhirnya akan menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat setempat.Keistimewaan Desa Gunungcondong tidak hanya terletak pada alamnya, tetapi juga pada kekayaan budayanya yang hidup. Desa ini merupakan rumah bagi sebuah tradisi kolosal yang dikenal dengan nama Merti Desa atau Grebeg Ayam Ingkung. Tradisi yang diselenggarakan setiap tiga tahun sekali ini merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat, khususnya para petani, kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah panen yang melimpah.Puncak dari acara ini ialah kirab budaya di mana ribuan ayam ingkung (ayam utuh yang dimasak bumbu kuning) diarak dalam gunungan-gunungan besar oleh warga dari kelima dusun. Pada perhelatan tahun 2022, tercatat lebih dari 2.500 ekor ayam ingkung disajikan dalam acara tersebut. Tradisi ini bukan hanya menjadi ritual sakral, tetapi juga pesta rakyat yang merekatkan solidaritas dan semangat gotong royong. Keunikan dan kemegahan Grebeg Ayam Ingkung menjadikannya sebuah event budaya yang memiliki daya tarik luar biasa dan berpotensi besar untuk dikembangkan menjadi atraksi pariwisata budaya berskala nasional.

Pembangunan Infrastruktur dan Prospek Masa Depan

Pemerintah Desa Gunungcondong bersama masyarakat terus berkomitmen untuk memajukan wilayahnya melalui pembangunan infrastruktur yang strategis. Salah satu program signifikan yang baru-baru ini dilaksanakan ialah program TMMD Sengkuyung Tahap II pada tahun 2024. Melalui program ini, telah dibangun jalan rabat beton sepanjang 555 meter dan talud atau dinding penahan tanah di beberapa titik rawan longsor.Pembangunan jalan ini memiliki dampak langsung terhadap aktivitas ekonomi warga, terutama dalam mempermudah akses menuju lahan pertanian dan memperlancar distribusi hasil bumi. Selain pembangunan fisik, program TMMD juga menyasar pembangunan non-fisik melalui berbagai penyuluhan kepada masyarakat, seperti wawasan kebangsaan, penanggulangan bencana, hingga kesehatan dan pencegahan stunting.Menatap masa depan, Desa Gunungcondong memiliki prospek yang sangat cerah. Sinergi antara sektor pertanian, pariwisata alam, dan pariwisata budaya menjadi kunci untuk mengakselerasi kemajuan desa. Pengembangan Curug Kyai Kate sebagai destinasi ekowisata yang dikelola secara profesional dapat menjadi sumber pendapatan asli desa yang signifikan. Di sisi lain, pengemasan tradisi Grebeg Ayam Ingkung menjadi sebuah festival budaya tahunan yang terorganisir dengan baik dapat menarik wisatawan dari berbagai penjuru.Dengan terus menjaga kelestarian alam, melestarikan kearifan lokal, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Desa Gunungcondong berpotensi besar untuk bertransformasi menjadi desa yang maju, mandiri, dan sejahtera, sambil tetap mempertahankan identitasnya sebagai desa agraris yang kaya akan budaya di jantung Kabupaten Purworejo.